Waktu menunjukkan pukul 17.00, namun hujan tak juga reda. Langit
akhir-akhir ini tak bersahabat. Kali ini rinai hujan mengiringi kepulangan
Fidha dari kampus. Hatinya dongkol karena kali ini dia pulang telat dan tidak
bisa mengikuti aktivitas ngaji di Ma’hadnya. Hari ini Fidha meninggalkan
rutinitas di Ma’hadnya karena harus ngelembur editing majalah yang sudah
melebihi deadline yang di tentukan. Semua ini karna kurang koordinasi dan miss
komunikasi dari anggota Ekspresi yang
sedang sibuk dengan agenda kuliah masing-masing. Musim ujian hampir tiba, jadi
mereka sibuk dengan tugas yang menumpuk.
Hujan nampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan reda.
Fidha akhirnya memutuskan untuk menerjang hujan. Dari pada kemalaman pulang ke
ma’had lebih baik aku hujan-hujanan, batin Fidha. Langkah kakinya tajam sehingga
menimbulkan percikan air dari kedua sepatu kungilnya. Fidha harus berjalan
kurang lebih 300 meter untuk sampai ketempat pemberintian bus. Lumayan jauh dan
itu membuat badan Fidha basah kuyup.“Alhamdulillah, akhirnya nyampai juga”.
ujar Fidha sedikit terenggah, nafasnya belum stabil.
“Bang, RSI”
“2B mbak, kok hujan-hujanan mbak” ujar penjaga selter
lembut.
“Iya bang, orang lagi hujan” jawab Fidha sedikit ketus.