Hadi Mursodo, tak pernah menyangka akan nasib yang dialaminya. Laki-laki
berusia 56 tahun ini menderita polio sejak dia berusia 14 bulan dan menyebabkan
kedua kakinya lumpuh, hingga ia tidak mampu berjalan layaknya manusia normal.
Dia harus menggunakan kursi roda sebagai alat bantu kedua kakinya. Anak ke tiga
dari 12 bersaudara ini hanya mengenyam bangku sekolah hingga kelas dua SD.
Setelah itu dia putus sekolah karena fisiknya yang tidak mendukung dan tidak
ada yang mengantarkannya ke sekolah. Laki-laki separuh baya ini tinggal di
daerah hotel Milia, Cokrodirjan Yogyakarta. Setiap hari Hadi, harus berjalan
kurang lebih 10 menit dari tempat tinggalnya menuju tempat mangkalnya di pasar
Bringharjo. Setiap hari Hadi berangkat dari rumah pukul 08.00 dan pulang pukul
17.00 seorang diri. Menunggu simpatisan dari orang-orang yang berlalu lalang di
pasar Bringharjo itulah yang dilakukannya. Penghasilan yang ia perolah dari
uluran tangan orang lain hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk menghilangkan kejenuhannya ia sering melihat gambar-gambar yang ada di
koran, karena ia putus sekolah menyebabkan ia tidak bisa membaca. Meski lelah,
Hadi tetap mangkal di pasar Bringharjo, karena ini adalah kewajibannya sebagai
manusai untuk mencari rezeki. Selain itu Hadi juga memiliki pekerjaan sampingan
di rumahnya. Ia membuka reparasi elektronik khusunya radio. Keahliannya di
bidang elektro ia peroleh dari kursus selama enam bulan setelah ia putus
sekolah. Dulu ia juga pernah bekerja di elektronik di Deresan dan darah Gandok
ikut orang asing. Tarif yang ia berikan tidak permanen, tergantung jenis
kerusakan. Tahun 1981 sampai 1990 Hadi tergabung dalam yayasan Bakti Nurani,
hingga akhirnya ia mendapatkan bantuan kursi roda setiap lima tahun sekali. Di
usianya yang sudah lanjut, ia masih tetap melajang. Tak pernah terbesit dalam
benaknya untuk membanguan sebuah bahtera rumah tangga. Ia nyaman dengan
keadaanya saat ini.